Educations
Sabtu, 12 Januari 2013
Kamis, 02 Agustus 2012
Ajaran Susila
SUSILA
Tri
Kerangka agama Hindu adalah 3
bagian dari inti ajaran agama Hindu,yaitu
tattwa (filsafat), susila (etika), dan upacara (ritual). Pada bab ini yang di bahasa adalah bagian
kedua dari Tri Kerangka agama Hindu, yaitu Susila / Etika.
Susila
berasal dari bahasa Sanskerta,yaitu kata
“Su” yang artinya baik, dan “Sila” yang artinya tingkah laku. Jadi Susila
adalah tingkah laku yang baik. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan pasti bergantung dengan orang lain,maka manusia disebut mahluk sosial.Dalam hidup tersebut, perlu adanya suatu peraturan untuk mengatur kehidupan ini. Peraturan
dalam bertingkah laku yang baik disebut sebagai Tata Susila, dan Agama merupakan dasar tata susila.
Dari
semua itu, timbullah suatu ajaran yang disebut “Tat Twam Asi” yang berarti itu adalah engkau (Tuan), semua makhluk itu
adalah Engkau, Engkaulah awal mula roh (Jiwatman), dan Sat (prakerti) semua
makhluk. Hamba ini adalah makhluk yang berasal dari Mu, oleh karena itu
Jiwatmanku dan prakertiku tunggal dengan Jiwatman dan prakerti semua makhluk.
Oleh karena itu aku adalah Engkau, aku adalah Brahman “Aham Brahma Asmi” . Demikianlah yang tercantum di dalam kitab
Brhadaranyaka Upanisad.Jadi prinsip
dasar Susila Hindu adalah adanya satu Atmanyang meresapi segalanya.Bila kamu
merugikan makhuk lain,berarti kamu merugikan dirimu sendiri,karena segenap alam
tiada lain adalah dirimu sendiri.Di antara makhluk hidup, manusia
merupakan makhluk paling istimewa, makhluk yang paling sempurna karena memiliki
tri pramana (bayu, sabda, idep). Dengan Idep,
manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mampu melebur
perbuatan buruk ke dalam perbuatan baik.
Ajaran
Susila hendaknya diterapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia
inilah tempat kita berkarma.Untuk
dapat meningkatkan diri, manusia harus mampu meningkatkan sifat-sifat baik dan
mulia yang ada pada dirinya. Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecenderungan,
yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderungan berbuat buruk. Sri Kresna di dalam kitab
Bhagawadgita membagi kecenderungan budhi manusia menadi dua bagian, yaitu :
1. Daiwi Sampad,
yaitu sifat-sifat kedewaan.
2. Asuri Sampad,
yaitu sifat-sifat keraksasaan.
Daiwi Sampad
dimaksudkan untuk menuntun perasaan manusia ke arah keselarasan antara sesama
manusia, dan sifat seperti inilah yang perlu dibina. Kemudian, kita mengenal
sifat-sifat Asuri
Sampad (sifat-sifat yang buruk)
yang harus kita hindari. Perkembangan kecenderungan sifat-sifat Daiwi Sampad
dan Asuri Sampad pada manusia tersebut ada yang timbul karena faktor luar dan ada pula faktor dari dalam diri sendiri serta ada pula
dari kedua faktor tersebut.
TRI GUNA
Tri Guna adalah
tiga sifat yang mempengaruhi tingkah laku manusia,yang terdiri, dari :
- Sattwam adalah sifat tenang.
- Rajas adalah sifat dinamis.
- Tamas adalah sifat lamabn.
Tri Guna
terdapat pada setiap manusia hanya saja ukurannya berbeda-beda. Tri Guna
merupakan tiga macam elemen atau nilai-nilai yang ada hubungannya dengan
karakter dari makhluk hidup khususnya manusia.
Di dunia ini, tak seorang pun yang luput dari Tri Guna.
Ketiga guna tersebut merupakan satu kesatuan yang berkerja sama dalam kekuatan
yang berbeda-beda. Perpisahan di anatara tiga guna itu tidak mungkin terjadi
karena dengan demikian tidak akan ada suatu gerak apa pun pada manusia.
Berdasarkan pengaruh Tri
Guna tersebut, sifat-sifat manusia
itu ada yang digolongkan ke dalam sifat-sifat yang baik dan ada yang buruk. Namun
perlu diingat, di dalam kerja sama antara ketiga guna tersebut sattwamlah
seharusnya sebagai pengendali, geraknya dibantu oleh rajah, dan tamah sebagai
pengerem. Bila kerjasama antar ketiganya tidak ada, tri guna ini akan menghadapi rintangan.
Misalnya pada sifat seseorang tamah lebih dominan dibandingkan yang lain, maka
orang tersebut merupakan orang yang memiliki sifat lamban, malas, kurang
disiplin. Maka dari itu, sangat diperlukan kerjasama yang baik dan seimbang di
dalam Tri Guna.
DASA MALA
Dasa Mala
merupakan salah satu bentuk dari asubha karma selain, Tri Mala, Sad Ripu, Sad
Atatayi, dan Sapta Timira. Dasa
Mala merupakan sumber dari
kedursilaan, yaitu bentuk perbuatan yang bertentangan dengan susila yang
cenderung kepada kejahatan. Semua perbuatan yang bertentangan degnan susila
hendaknya kita hindari dalam hidup ini agar terhidar dari penderitaan. Bila
kita ingin hidup tenang, kita harus melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan
baik.
Dasa Mala
terdari dari :
- Tandri artinya orang yang maals, suka makan dan tidur saja, tidak tulus, hanya ingin melakukan kejahatan.
- Kleda artinya berputus asa, suka menunda, dan tidak mau memahami maksud orang lain. Sikap putus asa, suka menunda-nunda suatu pekerjaan adalah merupakan sikap yang didominasi oleh sifat-sifat tamas.
- Leja artinya berpikiran, bernafsu besar, dan gembira melakukan kejahatan. Pikiran paling menentukan kualitas prilaku manusia dalam kehidupan di dunia ini. pikiranlah yang mengatur gerak sepuluh indria sehingga disebut Raja Indria. Apabila Raja Indria tidak baik maka indria yang lain pun menjadi tidak baik pula.
- Kutila artinya menyakiti orang lain, pemabuk, dan penipu. Menyakiti dan membunuh makhluk lain, lebih-lebih manusia merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Kutila juga berarti pemabuk. Orang yang suka mabuk maka pikirannya akan menjadi gelap. Pikiran yang gelap akan membuat orang tersebut melakukan hal-hal yang bersifat negatif termasuk menyakiti orang lain, menipu dan sebagainya. Di dalam pergaulan ia akan terlihat kasar dalam berkata atau pun bertindak, suka menyakiti orang lain.
- Kuhaka artinya pemarah, suka mencari-cari kesalahan orang lain, berkata sembarangan, dan keras kepala.
- Metraya adalah suka berkata menyakiti hati, sombong, irihati, dan suka menggoda istri orang lain.
- Megata artinya berbuat jahat, berkata manis tetapi pamrih. Lain dimulut lain dihati, berkata manis karena ada udang dibalik batu, adalah perbuatan yang sering dilakukan oleh orang yang terlalu pamrih.
- Ragastri artinya bernafsu dan suka memperkosa. Ragastri merupakan sifat-sifat yang bertentangan ajaran agama. Sifat-sifat asuri sampad / sifat-sifat keraksasaan. Memperkosa kehormatan orang lain adalah perbuatan terkutu dan hina.
- Bhaksa Bhuana artinya suka menyakiti orang lain, penipu, dan hidup berfoya-foya. Berfoya-foya berarti mempergunakan arta melebihi batas normal. Hal ini tidak baik dan melanggar dharma, yang dapat berakibat tidak baik pula. Sering kita lihat di masyarakat, bahwa kekayaan yang berlimpah jika penggunanya tidak didasari oleh dharma pada akhirnya justru menyebabkan orang akan masuk neraka, seperti mabuk, mencari wanita penghibur, dan sebagainya.
- Kimburu artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tidak pandang bulu, pendengki dan irihati. Sifat dengan dan irihati merupakan salah satu sifat yang kurang baik (asubha karma) yang patut dihilangkan.
Mantram Tri Sandya
Tri
Sandya
v Asana
Mantram : Om Prasadha sthiti sarira Siwa suci nirmala ya namah swaha
v Pranayama
Mantram (dalam hati) : Om Ang namah
Om Ung namah
Om Mang namah
v Kara
Soddhana
·
Tangan kanan, Mantram : Om suddha mam swaha
·
Tangan kiri, Mantram : Om
ati suddha mam swaha
v Mantram
Tri Sandya :
Om
bhur bhuvah svah
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayat
Om
narayana evedam sarwam
Yud bhutam yac ca bhavyam
Niskalanko niranjano
Nirvikalpo nirakhyatah
Suddho devo eko
Narayanan a dvitiyo
Asti kascit
Om
twam sivah tvam mahadevah
Isvarah paramesvarah
Brahma visnusca rudrasca
Purusah parikirtitah
Om
papo ham papakarmaham
Papatma papasambhavah
Trahi mam pundarikaksa
Sabahyabhantarah sucih
Om
ksamasya mam mahadeva
Sarvapranihitan kara
Mam moca sarwa papebyah
Palasva sada siwa
Om
ksantvyah kayiko dosah
Ksantvyah vaciko mama
Ksantvyah manaso dosah
Tat pramadat ksamaswa mam
Keramaning sembah
Keramaning
sembah
Ø Sembah
Puyung, mantram :
Om
atma tattwama suddha mam svaha
Ø Sembah
ke Sang Hyang Aditya, mantram :
Om
adityasyaparam jyoti
Rakta teja namo’ stute
Svetapankaja madhyastha
Bhaskaraya namo’ stute
Ø Sembah
ke Ista dewata (Sang Hyang Siwa), mantram :
Om
nama deva adhisthanaya
Sarva vyapi suvaya
Padmasana ekapratisthaya
Ardhanaresvaryai namo namah
Ø Sembah
ke Bhatara Kawitan (Ratu Pasek), mantram :
Om
siwa rsi maha tirtham
Panca rsi panca tirtham
Sapta rsi catur yogam
Lingga rsi maha lingam
Om’
ang gong gnijaya namah swaha
Om’
ang gnijaya jagat patya namah
Om’
ung manik jayas’ca, sumerus’ca, saghanas’ca, dekuturan baradah’ca, ya namu
namah swaha
Om panca rsi sapta rsi paduka guru bhyo namah
swaha
Ø Sembah
Puyung, mantra :
Om
deva suksma paramacintyaya nama svaha
Segara Rupek
SEGARA
RUPEK
Kacerita
kocap, wenten pandita sane mapasengan Mpu Sidhimantra saking Jawi Wetan
masawitra ring lelipi ageng sane mawasta Naga Basuki. Ula ageng punika magenah
ring gua ageng ring Besakih, ring bongkol Gunung Agunge. Mpu Sidhimantra punika
masemaya pacang maktayang Sang Naga Basuki ajeng-ajengan marupa madu, susu,
miwah mentega.
Ri sedek dina anu, Ida mpu
Sidhimantra keni panyungkan, raris kanikayang putra Idane makta ajeng-ajengan punika. Putra sane
kanikayang mapesengan Ida Manik Angkeran. Ida Manik Angkeran ngambil genta
ajinidane saking nyilib, tur genta punika kabakta ka Besakih. Ring Besakih, ida
raris nyuarayang gentane mawastu Sang Naga Basuki medal saking goane. Ida Manik
Angkeran raris nguningayang sapangrauhidane pacang ngaturan ajeng-ajengan
punika. Ri sampun bebaktane punika katerima, irika raris Sang Naga Basuki
nakenin Ida Manik Angkeran, napi sane pacang kapikayunin anggen bekel ke jawi.
Ida Manik Angkeran nenten makayunan napi-napi, tur ngaturin Sang Naga Basuki
gelis-gelis ngranjing ring guane.
Daweg Sang Naga Basuki
ngranjing ring guane, raris kapangih bongkol
ikuh danene madaging soca. I rika raris ikuh danene kagetep tur soca punika
kaplaibang santukan meled pisan pacang kaangen kamulan maklecan. Sang Naga
Basuki raris nguber tur nyelepin lad
paenjekan Ida Manik Angkeran sane ngranayang Ida Manik Angkeran seda raris alas
cemarane, tur alas punika ngentos mangkin kawastanin alas Cemara Geseng.
Mpu Sidhimantra sue ngentos putrane
nenten rauh saking Besakih raris kapanggih gentaidane ical. I rika Ida raris
mapakayun ring angen, janten sampun putrane nemu sengkala. Raris gelis Ida
lunga ka Besakih matemu sareng Naga Basukitur nakenan indike punika. Sang Naga
Basuki raris nyeritayang paripolah putraidane ring Alas Cemara Geseng. I rika
raris Mpu Sidhimantra nunas ampura mangda putrane prasida mawali nyeneng. Yan
sampun nyenengpacang kaserahang ring Sang Naga Basuki, ngaula irika. Punika
mawinan Ida Manik Angkeran nyeneng malih tur manggeh magenah ring Bali dados
mangku ring Besakih turun-temurun kantos mangkin.
Mangda Ida Manik Angkeran nenten mawali ka Jawi, raris
Mpu Sidhimantra ngoresang dandanidane ring genah sane supek sadaweg ida mawali
malih ka Jawi. Genah punika raris dados segara sane mawasta Segara Rupek.
Punika mawinan Baline mabelasan ring gumi Jawine.
Rabu, 01 Agustus 2012
Kepemimpinan menurut Hindu
Kata
Pengantar
“Om
Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia dan perlindunganNya, sehingga kami dapat
bekerja untuk menyelesaikan tugas Kepemimpinan ini.
Kami mengumpulkan tugas ini dengan melakukan
pencarian berbagai bahan melalui sumber buku-buku pelajaan.
Tugas ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu, masih ada kesalahan-kesalahan yang mendasar. Maka
dari itu kami ucapkan mohon maaf sebesar-besarnya.
Sukawati,
4 agustus 2011
Pendahuluan
T
|
atkala manusia
hidup berkelompok untuk menyatukan visi misinya mereka memerlukan tokoh,figur
yang dapa dijadikan panutan. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menyatukan
berbagai pandangan yang berbeda disebut Pemimpin. Seni dari seorang pemimpin
disebut Kepemimpinan.
Dalam agama Hindu dikenal Maha Rsi
Kautilya atau Maha Rsi Chanakya,beliau merupakan konseptor dalam penataan
sistem pemerintahan di kerajaan Magadha,yang saat itu dipimpin oleh putra
mahkota yang bernama Chandra Gupta yang memerintah ± 350 SM. Ilmu pemerintahan
Hindu yang disusun oleh Maha Rsi Kautilya yaitu Arthasastra,yang sebelumnya
dikenal dengan nama Danda Niti dan setelah itu juga pernah disebut Raja Dharma
atau Raja Niti dan Kautilya Arthasastra.
Agama Hindu bukan saja agama tertua
di dunia,tetapi juga agama yang mampu menjiwai seluruh aspek-aspek kehidupan
umat manusia. Hal ini disebabkan karena agama Hindu disebut juga Sanathana
Dharma diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk meningkatkan peradapan
dan kebudayaan umat manusia. Disamping itu agama Hindu juga merupakan hukum
atau aturan-aturan yang dapat membimbing umat manusia untuk mewujudkan tujuanya
yang dikenal dengan istilah “Moksartham jagadhita ya ca iti darma”.
A.
Pengertian Kepemimpinan
Kata kepemimpinan berasal dari kata
pimpin,yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpim kemudian lahir kata
memimpin yang artinya membimbing atau menuntun. Kepemimpinan memliki berbagai
macam istilah,antara lain Leadership ”leader” dari kata asing,management dari
kata ilmu administrasi dan Nitisastra dari kata Hindu dan Lain-lainya.
Kata Nitisastra berasal dari bahasa
sansekerta,dari kata Niti dan Sastra. Niti berarti pemimpin,sosial etik dan
kebijakan,sedangkan Sastra berarti ajaran,aturan dan teori. Jadi Nitisastra
berarti ajaran pemimpin,yang juga diartikan ilmu yang bertujuan untuk membangun
suatu megara baik dari segi tata negara,tata pemerintahan maupun tata
masyarakatnya. Sehubungan dengan pembangunan negara,pemerintahan dan masyarakat
berdasarkan Nitisastra,ajaran agama Hindu dapat memberikan nilai-nilai
morildari wujud pembangunan tersebut. Dalam hal ini Nitisastra dapat berarti
suatu konsepsi penataan pemerintahan dan pembangunan negara secara umum yang
bersifat universal dan teoritis,namun memiliki nilai-nilai praktis.
Nitisastra memiliki peran dan fungsi
yang sangat pentingbagi umat manusiauntuk memantapkan pengalaman hidup
berbangsa dan bernegara,seperti NKRI yang berlandaskan pancasila. Nitisastra
mengajarkan umatnya untuk selalu ikut serta dalam pembinaan negara dan bertanggung
jawab dalam mewujudkan keselamatan negara dan tujuan negara. Nitisastra dapat
juga dipergunakan untuk membuat rumus kembali,mengakulturasi suatu konsep
dengankonsep yang lainya sehingga memperoleh suatu konsep baru yang
mengantarkan untuk berpandangan jauh kedepan. Berbuat dan berpikir tentang
keselamatan negara dimasa lampau,sekarang dan yang akan datang merupakan bukti
umat hindu peduli melaksanakan dharma agama. Negara adalah wadah bagi setiap
pemimpin untuk melaksanakan kepemimpinanya. Sehubungan dengan keberadaan
negara,pemimpin dan kepemimpinan,didalam kitab Menawa Dharmasastra kita temukan
petunjuk sebagai berikut :
“Brahman
praptena samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya yathanyayan kartawyam
pariraksanam”
(Manawa
Dharmasastra, VII.3)
Artinya :
Ksatria (Pemimpin) yang telah
menerima sakramen menurut Weda,berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan
sebaik-baiknya.
Agama Hindu tidak memebenarkan
seorang pemimpin negara mwnjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak
memberikan perhatian pada pembinaan pribadinya secara fisik atau mental,dan
juga terhadap keluaganya.Seperti contoh dalam karya sastra kekawin Ramayana
mengisahkan seorang raja termasyur yang bernama “Sang Dasaratha”.Di dalam
kekawin Ramayana, 1.3 menyebutkan sebagai berikut :
“Guna manta Sang Dasaratha wruh sira ring weda bhaktiring
dewa,tar malupeng pitra puja,masih ta sireng swagotra kabeh”.
Artinya :
Sangat utama beliau Sang
Dasaratha,Sri Baginda ahli weda (ilmu pengetahuan)
Dan sujud bhakti kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi,tidaklahlupa beliau melaksanakan pemujaan terhadap leluhurnya,Sri
Baginda sangat mencintai keluarganya dan masyarakatnya.
Di dalam Kitab suci Weda menyebutkan
sebagai berikut :
“Sweswe dharma niwistanam
sarwesamapurwacah,warnananmasramanam ca raja srsto,bhiraksita”
(Manawa Dharma Sastra,VII.35) yang artinya Raja (pemimpin) telah
diciptakan untuk melindungi warna dan aturanya yang semuanya itu menurut
tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.
B.
Tujuan Kepemimpinan
Tujuan hidup menurut agama Hindu
adalah tercapainya kesejahteraan hidup jasmani “Jagadhita” dan kebahagiaan
rohani “Moksa”. Untuk mewujudkan tujuan Hidup umat Hindu hendaknya melaksanakan
ajaran Catur Purusartha, yaitu empat tujuan hidup manusiayang utama. Empat tujuan
Hidup itu adalah Dharma, artha, Kama dan Moksa.
Dalam rangka mewujudkan tujuan agama
dan tujuan hidup manusia ini, umat Hindusudah tentu tidak dapat melakukanya
sendiri. Dengan kemampuan yang terbatas, idealnya mereka hendaknya melaksanakan
kerja sama secara permanen dan berkesinambungan dengan sesamanya. Bentuk
kerjasama yang sangat permanen dan lengkap itu untuk umt manusia disebut
negara. Negara sebagai wadah umat manusia untukmewujudkan cita-cita hidupnya
memiliki empat prinsip dasar, antara lain sebagai berikut :
1.
Machstaat adalah prinsip negara untuk menguasai segala
potensi yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan untuk diabdikan kembali
pada tujuan masyarakat negara itu.
2.
Rechstaat adalah prinsip negara yang bertujuan untuk
mengatur kehidupan negara agar berbagai keadaan dan kepentingan yang
berbeda-beda dapat diatur dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan negara.
3.
Polisistaat adalah suatu prinsip negara yang memandang
segala seluk beluk kehidupan negara harus dijaga agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan demi terwujudnya negara yang tepat sasaran.
4.
Supervisorystaat adalah prinsip negara yang memandang
bahwa fungsi negara ialah mendorong segala unsur-unsur negara untuk lebih cepat
mencapai tujuan.
Ajaran Agama Hindu yang berorientasi
pada kehidupan bhuana agung dan bhuana alit memberikan pandangan bahwa
kehidupan bernegara merupakan suatu masalah yang sangat penting dan mendasar.
Sebagai cabang ilmu pengetahuan berdasarkan ajaran Agama Hindu, yang secara khusus
membicarakan tentang berbagai macam
masalah kehidupan bernegara disebut Nitisastra. Dalam ilmu inilah kita dapat
mempelajari berbagai macam konsep tentang kehidupan bernegara,seperti bentuk
negara, tujuan negara, kedaulatan negara, kepemimpinan. Agama Hindu
bersumberkan pada ajaran dharma memberikan tuntunan kesempurnaan pada umatnya
untuk dapat mewujudkan cita-cita membangun dan menata kehidupan bernegara.
Tuntunan hidupuntuk menjadi warga negara yang baik termuat dalam berbagai
sastra Hindu. Demikian juga tentang tuntunan bagi setiap umatnya yang mendapat
kesempatan memimpin negara, baik sebagai pemimpin pada tingkat tinggi, tingkat
menengah, tingkat bawah, dan juga untuk memimpin diri sendiri sesungguhkan
telah di gariskan dalam sastra-satra suci Hindu.
Tuntunan agama Hindu berguna untuk umatnya agar menjadi
warga negara yang baik dengan tujuan untuk membentuk kepengikutan atau sebagai
warga negara yang taat. Sedangkan, bagi umat yang mendapat kesempatan sebagai
pemimpin negara, tuntunan ajaran agama Hindu bertujuan untuk membentuk
kepemimpinan negara yang baik, kuat bersih dan berwibawa. Dengan demikian,
dapat diambil suatu asumsi bahwa ajaran agama Hindu dapat menuntun umatnya menjadikan
dirinya sebagai sumber inspirasi dalam membentuk dan memantapkan suatu
pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
C.
Fungsi Kepemimpinan Hindu
Setiap orang dalam hidup kehidupanya
ini berkewajiban untuk “berkarma” berbuat. setelah melakukan kewajibanya yang
bersangkutan akan mendapatkan hak sebagai akibat bahwa yang bersangkutan telah
melakukan kewajibanya itu. Kewajiban
adalah tugas yang harus dilakukan seseorang dan hak adalah sesuatu menjadi
wewenangnya untuk diambil. Dengan demikian maka yang bersangkutan berarti telah
memfungsikan dirinya sebagai pemimpim dengan baik.
Tugas dan wewenang atau hak dan
kewajiban seseorang adalah dua hal yang sulit untuk dapat dipisahkan karena
tidak ada tugas yang dapat dikerjakan oleh seseorang tanpa wewenang, dan
sebaliknya tidak ada wewenang yang dapat diperoleh oleh seseorang tanpa
mendapat tugas atau kewajiban yang harus dikerjakan. Kitab suci Weda
menyebutkan sebagai berikut :
“Sweswe
dharma niwistanam sarwesamapurwacah, warnananmasra – manam ca raja srsto,
bhiraksita”
(Manawa
Dharmasastra,VII.35)
Artinya :
Raja /pemimpin telah diciptakan untuk
melindungi warna dan aturanya yang semuanya itu menurut tingkat kedudukan
mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.
Seorang pemimpin hendaknya dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan wewenangnya. Wewenang seorang pemimpin
adalah haknya untuk mengerakan orang-orang atau bawahanya untuk mau mengikuti
dan melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan. Tugas adalah kewajiban yang
harus dilaksanakan. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan tugas dan wewenang
seorang pemimpin yang dilaksanakan dalam kepemimpinanya, antara lain sebagai
berikut :
1.
Planning atau perencanaan
Planning adalah suatu pemikiran, perencanaan, persiapan,
keputusan dan penerapan yang dilakukan sebagai suatu kegiatan dari seorang
pemimpin.
2.
Organisation atau pengelompokan
Organisation adalah usaha untuk mengelompokan atau menata
kegiatan-kegiatan yang telah dicantumkan dalam perencanaan.
3.
Directing
Directing adalah mengusahakan agar rencana pekerjaan itu
dapat dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang pemimpin
perlu mendengarkan atau mendapatkan masukan, pandangan dari orang lain atau
bawahanya.
4.
Coordination
Coordination adalah tindakan untuk memperoleh dan
memelihara kesatuan diantara perorangan atau bagian karena usaha yang satu
secara konstan merupakan bagian atau pelengkap dari usaha-usaha lainya.
5.
Controlling
Controlling adalah pengawasan terhadap rencana yang telah
dilaksanakan oleh pemimpin, untuk memperoleh keyakinanya. Melalui kontrol yang
diterapkan oleh pemimpin, akan dapat diketahui apakah rencana yang dilaksanakan
telah sesuai pelaksanaanya sebagaimana diharapkan.
D.
Asas-Asas Kepemimpinan Hindu
Hindu sebagai agama tertua di dunia
tentu kaya akan karya-karya sastra agamanya. Berbagai jenis ajaran yang
dimilikinya,semua itu terangkum dalam Kitab Suci Weda. Sebagai sumbertertua
ajaran agama Hindu, di bawah ini akan diuraikan
sumber-sumber ajaran agama Hindu sebagai pedoman bagi seorang pemimpin
yang akan menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan kepemimpinanya di dunia
ini.
Dalam
Kitab Suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
1.
Panca Dasa Pramiteng Prabhu
Panca Dasa Pramiteng Prabhu adalah lima belas macam sifat utama yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin,yaitu :
a.
Wijayana, adalah ajaran yang mengajarkan bahwa seorang
pemimpim harus memiliki sikap yang tenang dan bijaksana dalam menghadapi suatu
permasalahan atau dalam melaksanakan kewajibanya.
b.
Mantri Wira, adalah ajaran untuk memupuk jiwa yang teguh
untuk berani membela kebenaran dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun
adanya.
c.
Wicaksaneng naya,
adalah dapat berlaku bijaksana dalam segala tindakan.
d.
Natang wan, adalah mendapat kepercayaan rakyat.
e.
Satya Bhakti Aprabhu, adalah sifat setia dengan penuh
pengabdian yang tulus kepada bangsa dan negara.
f.
Wakmiwak, adalah sangat pendai mengutarakan
pendapat,khususnya dalam mempertahankan argumentasi berdasarkan kebenaran.
g.
Sarjawa upasawa, adalah prilaku yang memperlihatkan
kerendahan hati, tulus, jujur, sabar.
h.
Dhirat saha, adalah selalu rajin bekerja dan tekun yang
dilandasi oleh keteguhan hati.
i.
Teulelana, adalah memiliki ketetapan hati, tahan uji dan
tidak mudah terombang-ambing oleh situasi dan keadaan di sekitarnya.
j.
Dibyacita, adalah selalu memiliki hati yang terbuka dalam
berhubungan dengan orang lain.
k.
Tan satresna, adalah tidak menonjolkan kepentingan pribadi
atau golongan.
l.
Masih sastra buana, adalah menyayangi dunia dengan segenap
isinya.
m.
Gineng prati dina, adalah selalu berusaha berbuat baik,
tanpa memperhitungkan jabatab basah dan jabatan kering.
n.
Sumantri, adalah sifat untuk menjadi abdi negara yang
baik, tanpa memperhitungkan jabatan basah dan jabatan kering.
o.
Amayaken, adalah selalu bertindak tegas dalam menghadapi
musuh.
2.
Sad Warnaning Raja Niti
Sad Warnaning Raja Niti adalah enam syarat bagi seorang pemimpin,yaitu :
a.
Abhicanika, yaitu seorang pemimpin harus mampu menarik
perhatian yang bersifat positif dari rakyatnya.
b.
Prajna, yaitu seorang pemimpin harus memiliki daya kreatif
yang benar.
c.
Utsaha, yaitu pemimpin harus memiliki daya kreatif yang
luhur.
d.
Sakya samantara, yaitu seorang pemimpin harus mampu
mengontrol bawahanya sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
e.
Atma sampad, yaitu seorang pemimpim harus mempunyai moral
yang luhur.
f.
Aksudra parisatha, yaitu seorang pemimpin harus mampu
memimpin persidangan para mentrinya dan mnarik kesimpulan yang bijaksana,
sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
3.
Panca Upaya Sandhi
Panca Upaya Sandhi adalah lima macam upaya yang harus dimiliki dan
dilakukan oleh seorang pemimpin,yaitu :
a.
Maya, artinya pemimpin harus melakukan upaya dalam
mengumpulkan data atau permasalahan yang belum jelas kedudukan profesinya.
b.
Upeksa, artinya seorang pemimpin harus berupaya untuk
meneliti dan menganalisis, semua bahan-bahan berupa data dan informasi, untuk
dapat meletakkan setiap data dan permasalahan menurut proporsinya.
c.
Indra jala, artinya seorang pemimpin hendaknya berusaha
untuk mencarikan jalan keluar dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
d.
Wikrama, artinya seorang pemimpim hendaknya berupaya untuk
melaksanakan yan telah dirumuskan pada tingkatan sudra jala.
e.
Logika, artinya setiap tindakan yang ditempuh oleh seorang
pemimpin harus dipertimbangkan dengan akal yang sehat dan logis, serta tidak
boleh bertindak berdasarkan emosi semata.
4.
Nawanatya
Nawanatya adalah sembilan macam kebijakan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin didalam memilih pembantunya atau mentrinya, yaitu :
a.
Prajna Nidagda, artinya bijaksana dan mahir dalam berbagai
ilmu, sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bijaksana dan teguh
dalam pendirian.
b.
Wira sarwa yudha, artinya pemberani, pantang menyerah
dalam segala peperangan atau pantang menyerah dalam menghadapi berbagai
tantangan.
c.
Para martha, artinya memiliki sifat yang mulia dan jujur.
d.
Dhiratsaha, artinya tekun dan ulet dalam menyukseskan
setiap kegiatan.
e.
Pragiwakya, artinya pandai berbicara di depan umum maupun
berdiplomasi.
f.
Sama upaya,artinya selalu setia pada janji yang pernah
diucapkan.
g.
Langkawang artha, artinya tidak bersifat pamrih atau loba
terhadap harta benda.
h.
Wruh ring sarwa bastra,artinya pintar dan bijaksana dalam
mengatasi segala kerusuhan yang terjadi.
i.
Wiweka,artinya dapat membedakan antara yang salah dengan
yang benar.
E. Sifat-sifat Kepemimpinan Hindu
Sifat
dan sikap tidak ubahnya bagaikan sekeping mata uang dengan kedua sisinya.
Keduanya memiliki nilai dan makna tersendiri yang saling melengkapi agar dapat
berguna.
Prof.
Arifin Abdul Rachman dalam bukunya yang berjudul “Kerangka Pokok – Pokok Manajemen
Umum” menyebutkan bahwa terdapat tiga golongan sifat-sifat para pemimpin antara
lain sebagai berikut :
1. Sifat-sifat
pokok, yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin, antara lain:
adil, suka melindungi/mengayomi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh
kepercayaan pada diri sendiri.
2. Sifat-sifat
khusus karena pengaruh tempat, yaitu sifat-sifat yang pada pokonya sesuai
dengan kepribadian bangsa, seperti bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai
kepribadianya, sebagai dasar negara, dan sebagai cita-cita bangsa.
3. Sifat-sifat
khusus karenapengaruh dari berbagai macam atau golongan pemimpin, seperti
pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin serikat buruh dan
sebagainya.
Lontar
“Raja Pati Gondala” menjelaskan bahwa seorang pemimpin hendaknya bersifat penuh
sehabat. Hal ini dikenal dengan istilah “Upaya Guna”. Ada 6 sifat bersehabat
bagi seorang pemimpin yang disebut Sad Guna Upaya. Selanjutnya lontar Raja Pati
Gondala menyebutkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki upaya untuk
menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang dipimpinnya yang disebut Tri Upaya
Sandhi.
Dalam Kitab Ramayana, Sri Rama mengajarkan kepada Gunawan Wibhisana tentang
kepemimpinan yang disebut dengan Asta Bratha. Gunawan Wibhisana adalah pemimpin
yang disiapkan untuk memimpin kerajaan Alengka Pura. Asta Bratha adalah delapan
landasan mental/moral bagi seorang pemimpin, ajaran ini termuat dalam kitab
hukum Hindu yang disebut Menawa Dharma sastra.
Lontar Raja Pati Gondala menyebutkan
sepuluh macam hal yang patut dijadikan sehabat oleh seorang pemimpin antara
lain,sebagai berikut :
1. Satya,
artinya kejujuran
2. Arya,
artinya orang besar
3. Dharma,
artinya kebaikan
4. Asurya,
artinya orang yang dapat mengalahkan musuh
5. Mantri,
artinya orang yang dapat mengalahkan kesusahan
6. Salyatawan,
artinya orang yang banyak sehabatnya
7. Bali,
artinya orang yang kuat dan sakti
8. Kapara,
artinya kerohaniawan
9. Kadiran,
artinya orang yang tetap pendirian
10. Guna,
artinya orang yang banyak ilmu
Kata
Penutup
Demikian tugas kami ini, yang kami buat dengan sumber-sumber yang ada. Namun, manusia
tidak luput dari kesalahan sehingga tugas ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari ibu guru, demi penyempurnaan tugas kami
selanjutnya. Kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan maupun
kekurangan yang ada di dalam tugas kami ini.
Terima Kasih.
“Om
shanti,shanti,shanti om”
Langganan:
Postingan (Atom)