Kamis, 02 Agustus 2012

Ajaran Susila


SUSILA

            Tri Kerangka agama Hindu adalah 3 bagian dari inti ajaran agama Hindu,yaitu tattwa (filsafat), susila (etika), dan upacara (ritual). Pada bab ini yang di bahasa adalah bagian kedua dari Tri Kerangka agama Hindu, yaitu Susila / Etika.
            Susila berasal dari bahasa Sanskerta,yaitu kata “Su” yang artinya baik, dan “Sila” yang artinya tingkah laku. Jadi Susila adalah tingkah laku yang baik. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan pasti bergantung dengan orang lain,maka manusia disebut mahluk sosial.Dalam hidup tersebut, perlu adanya suatu peraturan untuk mengatur kehidupan ini. Peraturan dalam bertingkah laku yang baik disebut sebagai Tata Susila, dan Agama merupakan dasar tata susila.
            Dari semua itu, timbullah suatu ajaran yang disebut Tat Twam Asi yang berarti itu adalah engkau (Tuan), semua makhluk itu adalah Engkau, Engkaulah awal mula roh (Jiwatman), dan Sat (prakerti) semua makhluk. Hamba ini adalah makhluk yang berasal dari Mu, oleh karena itu Jiwatmanku dan prakertiku tunggal dengan Jiwatman dan prakerti semua makhluk. Oleh karena itu aku adalah Engkau, aku adalah Brahman “Aham Brahma Asmi” . Demikianlah yang tercantum di dalam kitab Brhadaranyaka Upanisad.Jadi prinsip dasar Susila Hindu adalah adanya satu Atmanyang meresapi segalanya.Bila kamu merugikan makhuk lain,berarti kamu merugikan dirimu sendiri,karena segenap alam tiada lain adalah dirimu sendiri.Di antara makhluk hidup, manusia merupakan makhluk paling istimewa, makhluk yang paling sempurna karena memiliki tri pramana (bayu, sabda, idep). Dengan Idep, manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mampu melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan baik.
            Ajaran Susila hendaknya diterapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia inilah tempat kita berkarma.Untuk dapat meningkatkan diri, manusia harus mampu meningkatkan sifat-sifat baik dan mulia yang ada pada dirinya. Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecenderungan, yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderungan berbuat buruk. Sri Kresna di dalam kitab Bhagawadgita membagi kecenderungan budhi manusia menadi dua bagian, yaitu :
1.      Daiwi Sampad, yaitu sifat-sifat kedewaan.
2.      Asuri Sampad, yaitu sifat-sifat keraksasaan.
            Daiwi Sampad dimaksudkan untuk menuntun perasaan manusia ke arah keselarasan antara sesama manusia, dan sifat seperti inilah yang perlu dibina. Kemudian, kita mengenal sifat-sifat Asuri Sampad (sifat-sifat yang buruk) yang harus kita hindari. Perkembangan kecenderungan sifat-sifat Daiwi Sampad dan Asuri Sampad pada manusia tersebut ada yang timbul karena faktor luar dan ada pula faktor dari dalam diri sendiri serta ada pula dari kedua faktor tersebut.

TRI GUNA
Tri Guna adalah tiga sifat yang mempengaruhi tingkah laku manusia,yang terdiri, dari :
  1. Sattwam adalah sifat tenang.
  2. Rajas adalah sifat dinamis.
  3. Tamas adalah sifat lamabn.

Tri Guna terdapat pada setiap manusia hanya saja ukurannya berbeda-beda. Tri Guna merupakan tiga macam elemen atau nilai-nilai yang ada hubungannya dengan karakter dari makhluk hidup khususnya manusia.
            Di dunia ini, tak seorang pun yang luput dari Tri Guna. Ketiga guna tersebut merupakan satu kesatuan yang berkerja sama dalam kekuatan yang berbeda-beda. Perpisahan di anatara tiga guna itu tidak mungkin terjadi karena dengan demikian tidak akan ada suatu gerak apa pun pada manusia. Berdasarkan pengaruh Tri Guna tersebut, sifat-sifat manusia itu ada yang digolongkan ke dalam sifat-sifat yang baik dan ada yang buruk. Namun perlu diingat, di dalam kerja sama antara ketiga guna tersebut sattwamlah seharusnya sebagai pengendali, geraknya dibantu oleh rajah, dan tamah sebagai pengerem. Bila kerjasama antar ketiganya tidak ada, tri guna ini akan menghadapi rintangan. Misalnya pada sifat seseorang tamah lebih dominan dibandingkan yang lain, maka orang tersebut merupakan orang yang memiliki sifat lamban, malas, kurang disiplin. Maka dari itu, sangat diperlukan kerjasama yang baik dan seimbang di dalam Tri Guna.


 DASA MALA
Dasa Mala merupakan salah satu bentuk dari asubha karma selain, Tri Mala, Sad Ripu, Sad Atatayi, dan Sapta Timira. Dasa Mala merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu bentuk perbuatan yang bertentangan dengan susila yang cenderung kepada kejahatan. Semua perbuatan yang bertentangan degnan susila hendaknya kita hindari dalam hidup ini agar terhidar dari penderitaan. Bila kita ingin hidup tenang, kita harus melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan baik.
            Dasa Mala terdari dari :
  1. Tandri artinya orang yang maals, suka makan dan tidur saja, tidak tulus, hanya ingin melakukan kejahatan.
  2. Kleda artinya berputus asa, suka menunda, dan tidak mau memahami maksud orang lain. Sikap putus asa, suka menunda-nunda suatu pekerjaan adalah merupakan sikap yang didominasi oleh sifat-sifat tamas.
  3. Leja artinya berpikiran, bernafsu besar, dan gembira melakukan kejahatan. Pikiran paling menentukan kualitas prilaku manusia dalam kehidupan di dunia ini. pikiranlah yang mengatur gerak sepuluh indria sehingga disebut Raja Indria. Apabila Raja Indria tidak baik maka indria yang lain pun menjadi tidak baik pula.
  4. Kutila artinya menyakiti orang lain, pemabuk, dan penipu. Menyakiti dan membunuh makhluk lain, lebih-lebih manusia merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Kutila juga berarti pemabuk. Orang yang suka mabuk maka pikirannya akan menjadi gelap. Pikiran yang gelap akan membuat orang tersebut melakukan hal-hal yang bersifat negatif termasuk menyakiti orang lain, menipu dan sebagainya. Di dalam pergaulan ia akan terlihat kasar dalam berkata atau pun bertindak, suka menyakiti orang lain.
  5. Kuhaka artinya pemarah, suka mencari-cari kesalahan orang lain, berkata sembarangan, dan keras kepala.
  6. Metraya adalah suka berkata menyakiti hati, sombong, irihati, dan suka menggoda istri orang lain.
  7. Megata artinya berbuat jahat, berkata manis tetapi pamrih. Lain dimulut lain dihati, berkata manis karena ada udang dibalik batu, adalah perbuatan yang sering dilakukan oleh orang yang terlalu pamrih.
  8. Ragastri artinya bernafsu dan suka memperkosa. Ragastri merupakan sifat-sifat yang bertentangan ajaran agama. Sifat-sifat asuri sampad / sifat-sifat keraksasaan. Memperkosa kehormatan orang lain adalah perbuatan terkutu dan hina.
  9. Bhaksa Bhuana artinya suka menyakiti orang lain, penipu, dan hidup berfoya-foya. Berfoya-foya berarti mempergunakan arta melebihi batas normal. Hal ini tidak baik dan melanggar dharma, yang dapat berakibat tidak baik pula. Sering kita lihat di masyarakat, bahwa kekayaan yang berlimpah jika penggunanya tidak didasari oleh dharma pada akhirnya justru menyebabkan orang akan masuk neraka, seperti mabuk, mencari wanita penghibur, dan sebagainya.
  10. Kimburu artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tidak pandang bulu, pendengki dan irihati. Sifat dengan dan irihati merupakan salah satu sifat yang kurang baik (asubha karma) yang patut dihilangkan.

Mantram Tri Sandya


Tri Sandya
v  Asana
Mantram : Om Prasadha sthiti sarira Siwa suci nirmala ya namah swaha

v  Pranayama
Mantram (dalam hati) : Om Ang namah
                                      Om Ung namah
                                      Om Mang namah

v  Kara Soddhana
·         Tangan kanan, Mantram : Om suddha mam swaha
·         Tangan kiri, Mantram     : Om ati suddha mam swaha

v  Mantram Tri Sandya :


Om bhur bhuvah svah
      Tat savitur varenyam
      Bhargo devasya dhimahi
      Dhiyo yo nah pracodayat

Om narayana evedam sarwam
      Yud bhutam yac ca bhavyam
      Niskalanko niranjano
      Nirvikalpo nirakhyatah
      Suddho devo eko
      Narayanan a dvitiyo
      Asti kascit

Om twam sivah tvam mahadevah
       Isvarah paramesvarah
       Brahma visnusca rudrasca
       Purusah parikirtitah

Om papo ham papakarmaham
      Papatma papasambhavah
     Trahi mam pundarikaksa
     Sabahyabhantarah sucih

Om ksamasya mam mahadeva
       Sarvapranihitan kara
       Mam moca sarwa papebyah
       Palasva sada siwa
Om ksantvyah kayiko dosah
      Ksantvyah vaciko mama
      Ksantvyah manaso dosah
      Tat pramadat ksamaswa mam

Om santih, santih, santih om

Keramaning sembah


Keramaning sembah
Ø  Sembah Puyung, mantram :
Om atma tattwama suddha mam svaha
Ø  Sembah ke Sang Hyang Aditya,  mantram :
Om adityasyaparam jyoti
                  Rakta teja  namo’ stute
                  Svetapankaja madhyastha
                  Bhaskaraya namo’ stute
Ø  Sembah ke Ista dewata (Sang Hyang Siwa), mantram :
Om nama deva adhisthanaya
                  Sarva vyapi suvaya
                  Padmasana ekapratisthaya
                  Ardhanaresvaryai namo namah
Ø  Sembah ke Bhatara Kawitan (Ratu Pasek), mantram :
Om siwa rsi maha tirtham
                  Panca rsi panca tirtham
                  Sapta rsi catur yogam
                  Lingga rsi maha lingam
Om’ ang gong gnijaya namah swaha
Om’ ang gnijaya jagat patya namah
Om’ ung manik jayas’ca, sumerus’ca, saghanas’ca, dekuturan baradah’ca, ya namu namah swaha
 Om panca rsi sapta rsi paduka guru bhyo namah swaha
Ø  Sembah Puyung, mantra :
Om deva suksma paramacintyaya nama svaha

Segara Rupek


SEGARA RUPEK
            Kacerita kocap, wenten pandita sane mapasengan Mpu Sidhimantra saking Jawi Wetan masawitra ring lelipi ageng sane mawasta Naga Basuki. Ula ageng punika magenah ring gua ageng ring Besakih, ring bongkol Gunung Agunge. Mpu Sidhimantra punika masemaya pacang maktayang Sang Naga Basuki ajeng-ajengan marupa madu, susu, miwah mentega.
            Ri sedek dina anu, Ida mpu Sidhimantra keni panyungkan, raris kanikayang putra Idane  makta ajeng-ajengan punika. Putra sane kanikayang mapesengan Ida Manik Angkeran. Ida Manik Angkeran ngambil genta ajinidane saking nyilib, tur genta punika kabakta ka Besakih. Ring Besakih, ida raris nyuarayang gentane mawastu Sang Naga Basuki medal saking goane. Ida Manik Angkeran raris nguningayang sapangrauhidane pacang ngaturan ajeng-ajengan punika. Ri sampun bebaktane punika katerima, irika raris Sang Naga Basuki nakenin Ida Manik Angkeran, napi sane pacang kapikayunin anggen bekel ke jawi. Ida Manik Angkeran nenten makayunan napi-napi, tur ngaturin Sang Naga Basuki gelis-gelis ngranjing ring guane.
            Daweg Sang Naga Basuki ngranjing  ring guane, raris kapangih bongkol ikuh danene madaging soca. I rika raris ikuh danene kagetep tur soca punika kaplaibang santukan meled pisan pacang kaangen kamulan maklecan. Sang Naga Basuki raris nguber tur nyelepin  lad paenjekan Ida Manik Angkeran sane ngranayang Ida Manik Angkeran seda raris alas cemarane, tur alas punika ngentos mangkin kawastanin alas Cemara Geseng.
            Mpu Sidhimantra sue ngentos putrane nenten rauh saking Besakih raris kapanggih gentaidane ical. I rika Ida raris mapakayun ring angen, janten sampun putrane nemu sengkala. Raris gelis Ida lunga ka Besakih matemu sareng Naga Basukitur nakenan indike punika. Sang Naga Basuki raris nyeritayang paripolah putraidane ring Alas Cemara Geseng. I rika raris Mpu Sidhimantra nunas ampura mangda putrane prasida mawali nyeneng. Yan sampun nyenengpacang kaserahang ring Sang Naga Basuki, ngaula irika. Punika mawinan Ida Manik Angkeran nyeneng malih tur manggeh magenah ring Bali dados mangku ring Besakih turun-temurun kantos mangkin.
            Mangda Ida Manik Angkeran nenten mawali ka Jawi, raris Mpu Sidhimantra ngoresang dandanidane ring genah sane supek sadaweg ida mawali malih ka Jawi. Genah punika raris dados segara sane mawasta Segara Rupek. Punika mawinan Baline mabelasan ring gumi Jawine.

Rabu, 01 Agustus 2012

Kepemimpinan menurut Hindu


Kata Pengantar

            Om Swastyastu
           
            Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia dan perlindunganNya, sehingga kami dapat bekerja untuk menyelesaikan tugas Kepemimpinan ini.

            Kami mengumpulkan tugas ini dengan melakukan pencarian berbagai bahan melalui sumber buku-buku pelajaan.
           
            Tugas ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, masih ada kesalahan-kesalahan yang mendasar. Maka dari itu kami ucapkan mohon maaf sebesar-besarnya.






                                                                                    Sukawati, 4 agustus 2011




                                                                                                            Kelompok


Pendahuluan
T

atkala  manusia hidup berkelompok untuk menyatukan visi misinya mereka memerlukan tokoh,figur yang dapa dijadikan panutan. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menyatukan berbagai pandangan yang berbeda disebut Pemimpin. Seni dari seorang pemimpin disebut Kepemimpinan.
Dalam agama Hindu dikenal Maha Rsi Kautilya atau Maha Rsi Chanakya,beliau merupakan konseptor dalam penataan sistem pemerintahan di kerajaan Magadha,yang saat itu dipimpin oleh putra mahkota yang bernama Chandra Gupta yang memerintah ± 350 SM. Ilmu pemerintahan Hindu yang disusun oleh Maha Rsi Kautilya yaitu Arthasastra,yang sebelumnya dikenal dengan nama Danda Niti dan setelah itu juga pernah disebut Raja Dharma atau Raja Niti dan Kautilya Arthasastra.
Agama Hindu bukan saja agama tertua di dunia,tetapi juga agama yang mampu menjiwai seluruh aspek-aspek kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena agama Hindu disebut juga Sanathana Dharma diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk meningkatkan peradapan dan kebudayaan umat manusia. Disamping itu agama Hindu juga merupakan hukum atau aturan-aturan yang dapat membimbing umat manusia untuk mewujudkan tujuanya yang dikenal dengan istilah “Moksartham jagadhita ya ca iti darma”.









A.   Pengertian Kepemimpinan
Kata kepemimpinan berasal dari kata pimpin,yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpim kemudian lahir kata memimpin yang artinya membimbing atau menuntun. Kepemimpinan memliki berbagai macam istilah,antara lain Leadership ”leader” dari kata asing,management dari kata ilmu administrasi dan Nitisastra dari kata Hindu dan Lain-lainya.
Kata Nitisastra berasal dari bahasa sansekerta,dari kata Niti dan Sastra. Niti berarti pemimpin,sosial etik dan kebijakan,sedangkan Sastra berarti ajaran,aturan dan teori. Jadi Nitisastra berarti ajaran pemimpin,yang juga diartikan ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu megara baik dari segi tata negara,tata pemerintahan maupun tata masyarakatnya. Sehubungan dengan pembangunan negara,pemerintahan dan masyarakat berdasarkan Nitisastra,ajaran agama Hindu dapat memberikan nilai-nilai morildari wujud pembangunan tersebut. Dalam hal ini Nitisastra dapat berarti suatu konsepsi penataan pemerintahan dan pembangunan negara secara umum yang bersifat universal dan teoritis,namun memiliki nilai-nilai praktis.
Nitisastra memiliki peran dan fungsi yang sangat pentingbagi umat manusiauntuk memantapkan pengalaman hidup berbangsa dan bernegara,seperti NKRI yang berlandaskan pancasila. Nitisastra mengajarkan umatnya untuk selalu ikut serta dalam pembinaan negara dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keselamatan negara dan tujuan negara. Nitisastra dapat juga dipergunakan untuk membuat rumus kembali,mengakulturasi suatu konsep dengankonsep yang lainya sehingga memperoleh suatu konsep baru yang mengantarkan untuk berpandangan jauh kedepan. Berbuat dan berpikir tentang keselamatan negara dimasa lampau,sekarang dan yang akan datang merupakan bukti umat hindu peduli melaksanakan dharma agama. Negara adalah wadah bagi setiap pemimpin untuk melaksanakan kepemimpinanya. Sehubungan dengan keberadaan negara,pemimpin dan kepemimpinan,didalam kitab Menawa Dharmasastra kita temukan petunjuk sebagai berikut :
Brahman praptena samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya yathanyayan kartawyam pariraksanam
                                                                        (Manawa Dharmasastra, VII.3)
Artinya :
Ksatria (Pemimpin) yang telah menerima sakramen menurut Weda,berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan sebaik-baiknya.
Agama Hindu tidak memebenarkan seorang pemimpin negara mwnjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak memberikan perhatian pada pembinaan pribadinya secara fisik atau mental,dan juga terhadap keluaganya.Seperti contoh dalam karya sastra kekawin Ramayana mengisahkan seorang raja termasyur yang bernama “Sang Dasaratha”.Di dalam kekawin Ramayana, 1.3 menyebutkan sebagai berikut :
“Guna manta Sang Dasaratha wruh sira ring weda bhaktiring dewa,tar malupeng pitra puja,masih ta sireng swagotra kabeh”.
Artinya :
Sangat utama beliau Sang Dasaratha,Sri Baginda ahli weda (ilmu pengetahuan)
Dan sujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi,tidaklahlupa beliau melaksanakan pemujaan terhadap leluhurnya,Sri Baginda sangat mencintai keluarganya dan masyarakatnya.
Di dalam Kitab suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
“Sweswe dharma niwistanam sarwesamapurwacah,warnananmasramanam ca raja srsto,bhiraksita”    (Manawa Dharma Sastra,VII.35) yang artinya Raja (pemimpin) telah diciptakan untuk melindungi warna dan aturanya yang semuanya itu menurut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.

B.   Tujuan Kepemimpinan
Tujuan hidup menurut agama Hindu adalah tercapainya kesejahteraan hidup jasmani “Jagadhita” dan kebahagiaan rohani “Moksa”. Untuk mewujudkan tujuan Hidup umat Hindu hendaknya melaksanakan ajaran Catur Purusartha, yaitu empat tujuan hidup manusiayang utama. Empat tujuan Hidup itu adalah Dharma, artha, Kama dan Moksa.
Dalam rangka mewujudkan tujuan agama dan tujuan hidup manusia ini, umat Hindusudah tentu tidak dapat melakukanya sendiri. Dengan kemampuan yang terbatas, idealnya mereka hendaknya melaksanakan kerja sama secara permanen dan berkesinambungan dengan sesamanya. Bentuk kerjasama yang sangat permanen dan lengkap itu untuk umt manusia disebut negara. Negara sebagai wadah umat manusia untukmewujudkan cita-cita hidupnya memiliki empat prinsip dasar, antara lain sebagai berikut :
1.      Machstaat adalah prinsip negara untuk menguasai segala potensi yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan untuk diabdikan kembali pada tujuan masyarakat negara itu.
2.      Rechstaat adalah prinsip negara yang bertujuan untuk mengatur kehidupan negara agar berbagai keadaan dan kepentingan yang berbeda-beda dapat diatur dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan negara.
3.      Polisistaat adalah suatu prinsip negara yang memandang segala seluk beluk kehidupan negara harus dijaga agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan demi terwujudnya negara yang tepat sasaran.
4.      Supervisorystaat adalah prinsip negara yang memandang bahwa fungsi negara ialah mendorong segala unsur-unsur negara untuk lebih cepat mencapai tujuan.
Ajaran Agama Hindu yang berorientasi pada kehidupan bhuana agung dan bhuana alit memberikan pandangan bahwa kehidupan bernegara merupakan suatu masalah yang sangat penting dan mendasar. Sebagai cabang ilmu pengetahuan berdasarkan ajaran Agama Hindu, yang secara khusus membicarakan  tentang berbagai macam masalah kehidupan bernegara disebut Nitisastra. Dalam ilmu inilah kita dapat mempelajari berbagai macam konsep tentang kehidupan bernegara,seperti bentuk negara, tujuan negara, kedaulatan negara, kepemimpinan. Agama Hindu bersumberkan pada ajaran dharma memberikan tuntunan kesempurnaan pada umatnya untuk dapat mewujudkan cita-cita membangun dan menata kehidupan bernegara. Tuntunan hidupuntuk menjadi warga negara yang baik termuat dalam berbagai sastra Hindu. Demikian juga tentang tuntunan bagi setiap umatnya yang mendapat kesempatan memimpin negara, baik sebagai pemimpin pada tingkat tinggi, tingkat menengah, tingkat bawah, dan juga untuk memimpin diri sendiri sesungguhkan telah di gariskan dalam sastra-satra suci Hindu.
Tuntunan agama Hindu berguna untuk umatnya agar menjadi warga negara yang baik dengan tujuan untuk membentuk kepengikutan atau sebagai warga negara yang taat. Sedangkan, bagi umat yang mendapat kesempatan sebagai pemimpin negara, tuntunan ajaran agama Hindu bertujuan untuk membentuk kepemimpinan negara yang baik, kuat bersih dan berwibawa. Dengan demikian, dapat diambil suatu asumsi bahwa ajaran agama Hindu dapat menuntun umatnya menjadikan dirinya sebagai sumber inspirasi dalam membentuk dan memantapkan suatu pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
C.   Fungsi Kepemimpinan Hindu

Setiap orang dalam hidup kehidupanya ini berkewajiban untuk “berkarma” berbuat. setelah melakukan kewajibanya yang bersangkutan akan mendapatkan hak sebagai akibat bahwa yang bersangkutan telah melakukan kewajibanya itu.  Kewajiban adalah tugas yang harus dilakukan seseorang dan hak adalah sesuatu menjadi wewenangnya untuk diambil. Dengan demikian maka yang bersangkutan berarti telah memfungsikan dirinya sebagai pemimpim dengan baik.

Tugas dan wewenang atau hak dan kewajiban seseorang adalah dua hal yang sulit untuk dapat dipisahkan karena tidak ada tugas yang dapat dikerjakan oleh seseorang tanpa wewenang, dan sebaliknya tidak ada wewenang yang dapat diperoleh oleh seseorang tanpa mendapat tugas atau kewajiban yang harus dikerjakan. Kitab suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
Sweswe dharma niwistanam sarwesamapurwacah, warnananmasra – manam ca raja srsto, bhiraksita”
                                                            (Manawa Dharmasastra,VII.35)
Artinya :
Raja /pemimpin telah diciptakan untuk melindungi warna dan aturanya yang semuanya itu menurut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.

Seorang pemimpin hendaknya dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan wewenangnya. Wewenang seorang pemimpin adalah haknya untuk mengerakan orang-orang atau bawahanya untuk mau mengikuti dan melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan. Tugas adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan tugas dan wewenang seorang pemimpin yang dilaksanakan dalam kepemimpinanya, antara lain sebagai berikut :
1.      Planning atau perencanaan
Planning adalah suatu pemikiran, perencanaan, persiapan, keputusan dan penerapan yang dilakukan sebagai suatu kegiatan dari seorang pemimpin.
2.      Organisation atau pengelompokan
Organisation adalah usaha untuk mengelompokan atau menata kegiatan-kegiatan yang telah dicantumkan dalam perencanaan.
3.      Directing
Directing adalah mengusahakan agar rencana pekerjaan itu dapat dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang pemimpin perlu mendengarkan atau mendapatkan masukan, pandangan dari orang lain atau bawahanya.
4.      Coordination
Coordination adalah tindakan untuk memperoleh dan memelihara kesatuan diantara perorangan atau bagian karena usaha yang satu secara konstan merupakan bagian atau pelengkap dari usaha-usaha lainya.
5.      Controlling
Controlling adalah pengawasan terhadap rencana yang telah dilaksanakan oleh pemimpin, untuk memperoleh keyakinanya. Melalui kontrol yang diterapkan oleh pemimpin, akan dapat diketahui apakah rencana yang dilaksanakan telah sesuai pelaksanaanya sebagaimana diharapkan.

D.   Asas-Asas Kepemimpinan Hindu
Hindu sebagai agama tertua di dunia tentu kaya akan karya-karya sastra agamanya. Berbagai jenis ajaran yang dimilikinya,semua itu terangkum dalam Kitab Suci Weda. Sebagai sumbertertua ajaran agama Hindu, di bawah ini akan diuraikan  sumber-sumber ajaran agama Hindu sebagai pedoman bagi seorang pemimpin yang akan menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan kepemimpinanya di dunia ini.
            Dalam Kitab Suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
1.      Panca Dasa Pramiteng Prabhu
Panca Dasa Pramiteng Prabhu adalah lima belas macam sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,yaitu :
a.       Wijayana, adalah ajaran yang mengajarkan bahwa seorang pemimpim harus memiliki sikap yang tenang dan bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan atau dalam melaksanakan kewajibanya.
b.      Mantri Wira, adalah ajaran untuk memupuk jiwa yang teguh untuk berani membela kebenaran dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun adanya.
c.       Wicaksaneng  naya, adalah dapat berlaku bijaksana dalam segala tindakan.
d.      Natang wan, adalah mendapat kepercayaan rakyat.
e.       Satya Bhakti Aprabhu, adalah sifat setia dengan penuh pengabdian yang tulus kepada bangsa dan negara.
f.       Wakmiwak, adalah sangat pendai mengutarakan pendapat,khususnya dalam mempertahankan argumentasi berdasarkan kebenaran.
g.      Sarjawa upasawa, adalah prilaku yang memperlihatkan kerendahan hati, tulus, jujur, sabar.
h.      Dhirat saha, adalah selalu rajin bekerja dan tekun yang dilandasi oleh keteguhan hati.
i.        Teulelana, adalah memiliki ketetapan hati, tahan uji dan tidak mudah terombang-ambing oleh situasi dan keadaan di sekitarnya.
j.        Dibyacita, adalah selalu memiliki hati yang terbuka dalam berhubungan dengan orang lain.
k.      Tan satresna, adalah tidak menonjolkan kepentingan pribadi atau golongan.
l.        Masih sastra buana, adalah menyayangi dunia dengan segenap isinya.
m.    Gineng prati dina, adalah selalu berusaha berbuat baik, tanpa memperhitungkan jabatab basah dan jabatan kering.
n.      Sumantri, adalah sifat untuk menjadi abdi negara yang baik, tanpa memperhitungkan jabatan basah dan jabatan kering.
o.      Amayaken, adalah selalu bertindak tegas dalam menghadapi musuh.
2.      Sad Warnaning Raja Niti
Sad Warnaning Raja Niti adalah enam syarat bagi seorang pemimpin,yaitu :
a.       Abhicanika, yaitu seorang pemimpin harus mampu menarik perhatian yang bersifat positif dari rakyatnya.
b.      Prajna, yaitu seorang pemimpin harus memiliki daya kreatif yang benar.
c.       Utsaha, yaitu pemimpin harus memiliki daya kreatif yang luhur.
d.      Sakya samantara, yaitu seorang pemimpin harus mampu mengontrol bawahanya sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
e.       Atma sampad, yaitu seorang pemimpim harus mempunyai moral yang luhur.
f.       Aksudra parisatha, yaitu seorang pemimpin harus mampu memimpin persidangan para mentrinya dan mnarik kesimpulan yang bijaksana, sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
3.      Panca Upaya Sandhi
Panca Upaya Sandhi adalah lima macam upaya yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang pemimpin,yaitu :
a.       Maya, artinya pemimpin harus melakukan upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang belum jelas kedudukan profesinya.
b.      Upeksa, artinya seorang pemimpin harus berupaya untuk meneliti dan menganalisis, semua bahan-bahan berupa data dan informasi, untuk dapat meletakkan setiap data dan permasalahan menurut proporsinya.
c.       Indra jala, artinya seorang pemimpin hendaknya berusaha untuk mencarikan jalan keluar dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
d.      Wikrama, artinya seorang pemimpim hendaknya berupaya untuk melaksanakan yan telah dirumuskan pada tingkatan sudra jala.
e.       Logika, artinya setiap tindakan yang ditempuh oleh seorang pemimpin harus dipertimbangkan dengan akal yang sehat dan logis, serta tidak boleh bertindak berdasarkan emosi semata.
4.      Nawanatya
Nawanatya adalah sembilan macam kebijakan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin didalam memilih pembantunya atau mentrinya, yaitu :
a.       Prajna Nidagda, artinya bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu, sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bijaksana dan teguh dalam pendirian.
b.      Wira sarwa yudha, artinya pemberani, pantang menyerah dalam segala peperangan atau pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan.
c.       Para martha, artinya memiliki sifat yang mulia dan jujur.
d.      Dhiratsaha, artinya tekun dan ulet dalam menyukseskan setiap kegiatan.
e.       Pragiwakya, artinya pandai berbicara di depan umum maupun berdiplomasi.
f.       Sama upaya,artinya selalu setia pada janji yang pernah diucapkan.
g.      Langkawang artha, artinya tidak bersifat pamrih atau loba terhadap harta benda.
h.      Wruh ring sarwa bastra,artinya pintar dan bijaksana dalam mengatasi segala kerusuhan yang terjadi.
i.        Wiweka,artinya dapat membedakan antara yang salah dengan yang benar.

E.     Sifat-sifat Kepemimpinan Hindu
Sifat dan sikap tidak ubahnya bagaikan sekeping mata uang dengan kedua sisinya. Keduanya memiliki nilai dan makna tersendiri yang saling melengkapi agar dapat berguna.
Prof. Arifin Abdul Rachman dalam bukunya yang berjudul “Kerangka Pokok – Pokok Manajemen Umum” menyebutkan bahwa terdapat tiga golongan sifat-sifat para pemimpin antara lain sebagai berikut :
1.      Sifat-sifat pokok, yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin, antara lain: adil, suka melindungi/mengayomi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
2.      Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, yaitu sifat-sifat yang pada pokonya sesuai dengan kepribadian bangsa, seperti bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai kepribadianya, sebagai dasar negara, dan sebagai cita-cita bangsa.
3.      Sifat-sifat khusus karenapengaruh dari berbagai macam atau golongan pemimpin, seperti pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin serikat buruh dan sebagainya.
Lontar “Raja Pati Gondala” menjelaskan bahwa seorang pemimpin hendaknya bersifat penuh sehabat. Hal ini dikenal dengan istilah “Upaya Guna”. Ada 6 sifat bersehabat bagi seorang pemimpin yang disebut Sad Guna Upaya. Selanjutnya lontar Raja Pati Gondala menyebutkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki upaya untuk menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang dipimpinnya yang disebut Tri Upaya Sandhi.
            Dalam Kitab Ramayana, Sri Rama  mengajarkan kepada Gunawan Wibhisana tentang kepemimpinan yang disebut dengan Asta Bratha. Gunawan Wibhisana adalah pemimpin yang disiapkan untuk memimpin kerajaan Alengka Pura. Asta Bratha adalah delapan landasan mental/moral bagi seorang pemimpin, ajaran ini termuat dalam kitab hukum Hindu yang disebut Menawa Dharma sastra.
            Lontar Raja Pati Gondala menyebutkan sepuluh macam hal yang patut dijadikan sehabat oleh seorang pemimpin antara lain,sebagai berikut :
1.      Satya, artinya kejujuran
2.      Arya, artinya orang besar
3.      Dharma, artinya kebaikan
4.      Asurya, artinya orang yang dapat mengalahkan musuh
5.      Mantri, artinya orang yang dapat mengalahkan kesusahan
6.      Salyatawan, artinya orang yang banyak sehabatnya
7.      Bali, artinya orang yang kuat dan sakti
8.      Kapara, artinya kerohaniawan
9.      Kadiran, artinya orang yang tetap pendirian
10.  Guna, artinya orang yang banyak ilmu



Kata Penutup
Demikian tugas kami ini, yang kami buat dengan sumber-sumber yang ada. Namun, manusia tidak luput dari kesalahan sehingga tugas ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari ibu guru, demi penyempurnaan tugas kami selanjutnya. Kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan maupun kekurangan yang ada di dalam tugas kami ini.
Terima Kasih.

“Om shanti,shanti,shanti om”