BUKTI-BUKTI PENINGGALAN SEJARAH MASA PRAAKSARA DAN AKSARA
Kata Pengantar
“Om
Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa atas karunia dan perlindungannya, sehingga kami dapat
bekerja dengan tenang untuk menyelesaikan laporan sejarah yang berkaitan
dengan peninggalan-peninggalan masa pra aksara dan masa aksara.
Kami mengumpulkan laporan sejarah ini dengan melakukan observasi dan
mencari berbagai bahan melalui sumber-sumber terpercaya, baik melalui
buku-buku pelajaran dan internet.
Tugas ini membahas mengenai bukti-bukti berupa barang-barang
peninggalan sejarah, dari masa pra aksara maupun masa aksara. Di
harapkan dengan selesainya tugas ini, dapat digunakan dan berguna untuk
siswa-siswa berikutnya.
Tugas ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, masih ada
kesalahan-kesalahan yang mendasar. Maka dari itu kami ucapkan mohon maaf
sebesar-besarnya.
Sukawati, 28 November 2010
Kelompok
Daftar Isi
Kata Pengantar 1
Daftar Isi
2
BAB I
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II
2.1 Kajian Pustaka 3
2.2 Paparan Landasan Teori 4
BAB III
3.1 Metodelogi Penelitian 4
3.2 Alat 4
BAB IV
4.1 Pembahasan 5
a. Masa Praaksara 5
b. Masa Aksara 12
BAB V
5.1 Kesimpulan 16
5.2 Penutup 16
5.3 Lampiran 16
BAB I
1.1 Latar Belakang
Latar Belakang kami mengerjakan tugas ini tidak lain untuk mendapatkan
nilai dari guru sejarah kami selain itu, kami juga ingin mengetahui apa
saja peninggalan-peninggalan pada masa praaksara maupun aksara untuk
menambah wawasan kami r tentang sejarah.
Serta agar kami dapat mengenal museum-museum maupun tempat
peninggalan-peninggalan purbakala di sekitar tempat tinggal kita yang
sebelumnya tidak kita kenal.
1.2 Rumusan Masalah
Yang pertama kami membahas arti penting dari Masa Praaksara maupun Masa Aksara.
Kedua,
kami juga membahas bermacam-macam peninggalan baik masa yang belum
mengenal tulisan maupun masa yang sudah mengenal tulisan.
1.3 Tujuan
Tujuan
kami menyelesaikan tugas ini ialah agar dapat berguna bagi teman-teman
yang hendak membaca. Selain itu, tujuan kami ialah untuk menambahkan
wawasan kami, serta teman-teman tentang peninggalan-peninggalan masa pra
aksara dan aksara. Serta untuk menumbuhkan rasa peduli sejarah.
1.4 Manfaat
Manfaat tugas ini ialah demi menambah wawasan serta pengetahuan terhadap peninggalan-peninggalan sejarah.
BAB II
2.1 Kajian Pustaka
Sumber buku kami dapatkan dari,
Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk. 2006. Sejarah. Jakarta : Yudisthira
Sumber internet kami dapatkan dari,
2.2 Paparan Landasan Teori
Masa
Praaksara ialah suatu masa dimana mayoritas masyarakat belum mengenal
tulisan, serta dalam pengungkapan sejarah nya masih secara lisan.
Ciri-ciri daripada masa ini ialah, belum mengenal tulisan, pengungkapan
sejarah dilakukan secara lisan, dan Masa Praaksara sering disebut
sebagai tradisi lisan. Dan Masa Praaksara ini sering dikatakan
mendahului tradisi tulis/ Masa Aksara. Jejak sejarah dalam tradisi
lisan/ Masa Praaksara dapat diikuti dalam sumber-sumber sejarah yaitu
sbb, Folkor, Mitos, Legenda, Upacara-upacara Adat.
Masa Aksara ialah suatu masa dimana mayoritas masyarakat sudah mengenal
tulisan, dan dalam pengungkapannya sudah ada bukti-bukti sejarah yang
mendukung seperti prasasti, dokumen, dll. Dalam penelitiannya Masa
Aksara/ tradisi tulis lumayan mudah dalam mengikuti jejaknya. Jejak
Sejarah dalam tradisi lisan/ Masa Aksara dapat diikuti dalam
sumber-sumber sejarah yaitu sbb, prasasti, kitab kuno,dll.
BAB III
3.1 Metodelogi Penelitian
Metode Penelitian Lapangan/ Observasi
3.2 Alat
Laptop, sepeda motor, buku catatan, pulpen.
BAB IV
4.1 Pembahasan
a. Masa Praaksara
MENHIR
Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode Neolitikum (6000/4000 SM-2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir
(panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok
sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh
manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan
untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
DOLMEN
Dolmen
adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada
roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu.
Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di
Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang
325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu
besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa
penguburan. Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik
dan gerabah.
WARUGA
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
Mula-mula Suku Minahasa
jika mengubur orang meninggal sebelum ditanam terlebih dulu dibungkus
dengan daun woka (sejenis janur). Lambat laun, terjadi perubahan dalam
kebiasaan menggunakan daun woka. Kebiasaan dibungkus daun ini berubah dengan mengganti wadah rongga pohon kayu atau nibung kemudian orang meninggal dimasukkan ke dalam rongga pohon
lalu ditanam dalam tanah. Baru sekitar abad IX Suku Minahasa mulai
menggunakan waruga. Orang yang telah meninggal diletakkan pada posisi
menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit kaki menempel pada pantat dan kepala mencium lutut. Tujuan dihadapkan ke bagian Utara yang menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Sekitar tahun 1860 mulai ada larangan dari Pemerintah Belanda menguburkan orang meninggal dalam waruga.
Kemudian di tahun 1870, Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga, karena waktu itu mulai berjangkit berbagai penyakit, di antaranya penyakit tipus dan kolera. Dikhawatirkan, si meninggal menularkan bibit penyakit tipus dan kolera melalui celah yang terdapat di antara badan waruga dan cungkup waruga. Bersamaan dengan itu pula, agama Kristen mengharuskan mayat dikubur di dalam tanah mulai menyebar di Minahasa. Waruga yang memiliki ukiran dan relief
umumnya terdapat di Tonsea. Ukiran dan relief tersebut menggambarkan
berapa jasad yang tersimpan di waruga yang bersangkutan sekaligus
menggambarkan mata pencarian atau pekerjaan orang tersebut semasa hidup.
Di
Minahasa bagian utara, pada awalnya waruga-waruga yang ada tersebar
yang akhirnya dikumpulkan pada satu tempat. Saat ini waruga yang
tersebar tersebut dikumpulkan di Desa Sawangan, Kabupaten Minahasa
Utara, yaitu sebuah desa yang terletak di antara Tondano (ibukota Kabupaten Minahasa) dengan Airmadidi (ibukota Kabupaten Minahasa Utara). Kini lokasi waruga-waruga di Desa Sawangan tersebut menjadi salah satu tujuan wisata sejarah di Sulawesi Utara.
MOKO
Moko adalah
benda kebudayaan dari perunggu yang bentuknya seperti dandang yang
terlungkup. Beberapa teori mengatakan bahwa Moko berasal dari Kebudayaan
Dongson di Vietnam Utara, sedangkan orang Alor sendiri percaya bahwa
Moko berasal dari tanah.
Moko dimiliki terutama oleh para bangsawan karena nilainya sangat tinggi.
Kegunaan dari Moko
Moko digunakan oleh masyarakat Alor sebagai mas kawin karena dipercaya dapat mengikat perkawinan. Selain itu juga digunakan sebagai gendang untuk mengiringi tarian adat.
Moko dimiliki terutama oleh para bangsawan karena nilainya sangat tinggi.
Kegunaan dari Moko
Moko digunakan oleh masyarakat Alor sebagai mas kawin karena dipercaya dapat mengikat perkawinan. Selain itu juga digunakan sebagai gendang untuk mengiringi tarian adat.
SARKOFAGUS
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, "daging") dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"), dengan demikian sarkofagus bermakna "memakan daging".
Sarkofagus
sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali
diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat
berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang dipahat dengan alabaster
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur – juga digunakan oleh orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk dikubur di dalam tanah
KAPAK PERIMBAS BERPUNAK
Kapak ini berasal dari Jaman Paleolitikum, dan termasuk ke dalam Masa
Praaksara. Dan ditemukan di Desa Trunyan dan Abang. Serta ditemukan pada
tahun 1961, 1962, dan 1964
KAPAK PIPIH
Kapak Pipih ini berasal dari zaman Neolitikum, dan sama seperti Kapak
Perimbas Berpunak kapak ini termasuk ke dalam Masa Praaksara. Dan
ditemukan di Desa Tarukan, Paulu, serta Tampaksiring. Serta ditemukan
pada tahun 1960, 1964, 1965, dan 1971.
Kapak-kapak ini berguna untuk memotong daging, dan untuk melindungi dari binatang buas.
GELANG TERBUAT DARI PERUNGGU
Gelang ini berasal dari zaman perunggu ,yang berfungsi sebagai
perhiasan untuk mencirikan status social pada suatu suku. Ditemukan di
Bangli pada tahun 1961.
GELANG DARI TANAH LIAT
Gelang ini ditemukan di Gilimanuk. Dan sama seperti gelang sebelumnya,
perhiasan ini berguna untuk menunjukkan status social masyarakat dalam
suatu suku. Serta ditemukkan pada tahun, 1963. Gelang ini terbuat dari
tanah liat dan beberapa batu pualam.
TEMPAYAN BERHIAS
Tempayan Berhias ini ditemukan di Gilimanuk, pada tahun 1969. Dan
tempayan ini berguna untuk menyimpan makanan, sayur-sayuran, dan beras.
Tempayan ini terbuat dari tanah liat yang dibakar.
PRIUK BERHIAS
Priuk ini ditemukan di Gilimanuk, pada tahun 1962. Dan digunakan untuk
menyimpan air. Priuk ini terbuat dari tanah liat yang dibakar.
PERALATAN & PENINGGALAN YANG TERBUAT DARI TULANG
Peralatan dan peninggalan ini berasal dari zaman Mesolitikum atau Batu
Pertengahan. Peninggalan-peninggalan ini berupa serpihan tulang
binatang, kerang laut (sisa-sisa makanan), alat-alat tusuk yang runcing
di kedua ujungnya dan berbahan tulang atau sering disebut muduk point .
Barang-barang peninggalan ini berasal dari Goa Selonding dan Karang
Boma di Pecatu, Kabupaten Badung. Dan ditemukan pada tahun 1962. Serta
menurut perkiraan fungsinya sebagai alat yang digunakan untuk menusuk
atau mengiris daging.
KREWENG/ PECAHAN GENTING BERHIAS
Kreweng/
pecahan genting yang berhias ini ditemukan di Gilimanuk, dan dari
daerah Cekik- Negara, dan ditemukan pada tahun 1962 dan 1961.
b. Masa Aksara
PECAHAN PRASASTI
Pecahan Prasasti Bedulu yang ditulis dengan huruf Bali Kuno merupakan
peninggalan pada masa Aksara. Prasasti ini ditemukan di Tengkulak,
Gianyar.
MATA UANG BOMA
Mata
uang Boma ditemukan di Petang, Pawacana, Negara, dan Bedulu. Mata uang
ini membuktikan bahwa masyarakat pada masa ini telah mempergunakan uang
sebagai alat yang digunakan untuk transaksi suatu benda. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa, pada masa ini, system barter/ tukar- menukar barang
sudah tidak digunakan lagi. Selain itu dapat juga diketahui bahwa pada
masa ini pula, masyarakat sudah mengenal angka dan jumlah.
TEMPAT BEDAK
Tempat Bedak yang berasal dari Dinasti Sang, Yuan Ming dari abad ke 13,
14, 16. Tempat bedak ini terbuat dari kaca dan dihiasi dengan ornament
bunga.
GUCI TANAH LIAT
Guci ini berasal dari zaman dinasti Sang dan Mon, dan ditemukkan pada
abad, 9, 10, 12, dan, 15. Terbuat dari campuran tanah. Guci ini
digunakan sebagai hiasan, dan juga pajangan.
PIRING KERAMIK
Piring Keramik ini berasal dari zaman dinasti Ching, pada abad 12
masehi. Piring ini terbuat dari keramik dengan dihiasi dengan ornamen.
Dan digunakan untuk makan.
GUCI KERAMIK
Guci ini berasal dari dinasti Sang dan Yuan, abad ke 8, 13, 14, dan 17.
Guci terbuat tanah liat, yang berfungsi sebagai hiasan dan tempat
menaruh air.
VAS BUNGA
Vas bunga ini berasal dari China abad ke 16 dan 17 masehi. Terbuat dari keramik.
TEMPAT BEDAK
Tempat bedak ini berasal dari China pada abad ke 16 dan 17 masehi.
Terbuat dari keramik, serta dihiasi dengna ornament.
GUCI KERDIL
Guci Kerdil berasal dari China abad 16 dan 17 masehi. Terbuat dari tanah liat. Dan digunakan untuk menyimpan air.
PRASASTI BLANJONG
Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 913 M, dan dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa.
Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar,
Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris tengah
62 cm. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf
Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan bahasa Sanskerta.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tugas yang kami buat ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu,
bahwa pada masa Praaksara, peninggalan yang paling dominan berupa
sarkofagus, menhir, dolmen, dan hal-hal yang berhubungan dengan roh-roh
leluhur, serta berupa alat-alat yang digunakan untuk bertahan hidup dan
mencari makan. Lalu pada masa ini rata-rata masyarakat, hidup
berpindah-pindah (nomaden) dapat diketahui melalui tidak adanya
alat-alat rumah tangga yang dapat ditinggalkan, melainkan banyak
alat-alat yang terbuat dari batu, perunggu, tulang binatang, yang dapat
dibawa kemana-mana.
Lalu
pada masa Aksara peninggalan-peninggalannya yang dominan berupa
prasasti-prasasti, dan alat-alat rumah tangga berupa piring, guci, dll,
serta pada zaman ini sudah dikenal mata uang.
5.2 Penutup
Demikian laporan kami ini, yang kami buat dengan sungguh-sungguh, dan
berdasarkan beberapa bukti serta sumber-sumber yang ada. Namun, manusia
tidak luput dari kesalahan sehingga laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari ibu, demi penyempurnaan tugas kami selanjutnya. Kami
mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan maupun kekurangan yang
ada di dalam laporan kami. Terima Kasih.
5.3 Lampiran
terima kasih atas informasinya. sangat berguna sekali
BalasHapussama-sama
BalasHapus