Rabu, 01 Agustus 2012

Kepemimpinan menurut Hindu


Kata Pengantar

            Om Swastyastu
           
            Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia dan perlindunganNya, sehingga kami dapat bekerja untuk menyelesaikan tugas Kepemimpinan ini.

            Kami mengumpulkan tugas ini dengan melakukan pencarian berbagai bahan melalui sumber buku-buku pelajaan.
           
            Tugas ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, masih ada kesalahan-kesalahan yang mendasar. Maka dari itu kami ucapkan mohon maaf sebesar-besarnya.






                                                                                    Sukawati, 4 agustus 2011




                                                                                                            Kelompok


Pendahuluan
T

atkala  manusia hidup berkelompok untuk menyatukan visi misinya mereka memerlukan tokoh,figur yang dapa dijadikan panutan. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menyatukan berbagai pandangan yang berbeda disebut Pemimpin. Seni dari seorang pemimpin disebut Kepemimpinan.
Dalam agama Hindu dikenal Maha Rsi Kautilya atau Maha Rsi Chanakya,beliau merupakan konseptor dalam penataan sistem pemerintahan di kerajaan Magadha,yang saat itu dipimpin oleh putra mahkota yang bernama Chandra Gupta yang memerintah ± 350 SM. Ilmu pemerintahan Hindu yang disusun oleh Maha Rsi Kautilya yaitu Arthasastra,yang sebelumnya dikenal dengan nama Danda Niti dan setelah itu juga pernah disebut Raja Dharma atau Raja Niti dan Kautilya Arthasastra.
Agama Hindu bukan saja agama tertua di dunia,tetapi juga agama yang mampu menjiwai seluruh aspek-aspek kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena agama Hindu disebut juga Sanathana Dharma diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk meningkatkan peradapan dan kebudayaan umat manusia. Disamping itu agama Hindu juga merupakan hukum atau aturan-aturan yang dapat membimbing umat manusia untuk mewujudkan tujuanya yang dikenal dengan istilah “Moksartham jagadhita ya ca iti darma”.









A.   Pengertian Kepemimpinan
Kata kepemimpinan berasal dari kata pimpin,yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpim kemudian lahir kata memimpin yang artinya membimbing atau menuntun. Kepemimpinan memliki berbagai macam istilah,antara lain Leadership ”leader” dari kata asing,management dari kata ilmu administrasi dan Nitisastra dari kata Hindu dan Lain-lainya.
Kata Nitisastra berasal dari bahasa sansekerta,dari kata Niti dan Sastra. Niti berarti pemimpin,sosial etik dan kebijakan,sedangkan Sastra berarti ajaran,aturan dan teori. Jadi Nitisastra berarti ajaran pemimpin,yang juga diartikan ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu megara baik dari segi tata negara,tata pemerintahan maupun tata masyarakatnya. Sehubungan dengan pembangunan negara,pemerintahan dan masyarakat berdasarkan Nitisastra,ajaran agama Hindu dapat memberikan nilai-nilai morildari wujud pembangunan tersebut. Dalam hal ini Nitisastra dapat berarti suatu konsepsi penataan pemerintahan dan pembangunan negara secara umum yang bersifat universal dan teoritis,namun memiliki nilai-nilai praktis.
Nitisastra memiliki peran dan fungsi yang sangat pentingbagi umat manusiauntuk memantapkan pengalaman hidup berbangsa dan bernegara,seperti NKRI yang berlandaskan pancasila. Nitisastra mengajarkan umatnya untuk selalu ikut serta dalam pembinaan negara dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keselamatan negara dan tujuan negara. Nitisastra dapat juga dipergunakan untuk membuat rumus kembali,mengakulturasi suatu konsep dengankonsep yang lainya sehingga memperoleh suatu konsep baru yang mengantarkan untuk berpandangan jauh kedepan. Berbuat dan berpikir tentang keselamatan negara dimasa lampau,sekarang dan yang akan datang merupakan bukti umat hindu peduli melaksanakan dharma agama. Negara adalah wadah bagi setiap pemimpin untuk melaksanakan kepemimpinanya. Sehubungan dengan keberadaan negara,pemimpin dan kepemimpinan,didalam kitab Menawa Dharmasastra kita temukan petunjuk sebagai berikut :
Brahman praptena samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya yathanyayan kartawyam pariraksanam
                                                                        (Manawa Dharmasastra, VII.3)
Artinya :
Ksatria (Pemimpin) yang telah menerima sakramen menurut Weda,berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan sebaik-baiknya.
Agama Hindu tidak memebenarkan seorang pemimpin negara mwnjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak memberikan perhatian pada pembinaan pribadinya secara fisik atau mental,dan juga terhadap keluaganya.Seperti contoh dalam karya sastra kekawin Ramayana mengisahkan seorang raja termasyur yang bernama “Sang Dasaratha”.Di dalam kekawin Ramayana, 1.3 menyebutkan sebagai berikut :
“Guna manta Sang Dasaratha wruh sira ring weda bhaktiring dewa,tar malupeng pitra puja,masih ta sireng swagotra kabeh”.
Artinya :
Sangat utama beliau Sang Dasaratha,Sri Baginda ahli weda (ilmu pengetahuan)
Dan sujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi,tidaklahlupa beliau melaksanakan pemujaan terhadap leluhurnya,Sri Baginda sangat mencintai keluarganya dan masyarakatnya.
Di dalam Kitab suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
“Sweswe dharma niwistanam sarwesamapurwacah,warnananmasramanam ca raja srsto,bhiraksita”    (Manawa Dharma Sastra,VII.35) yang artinya Raja (pemimpin) telah diciptakan untuk melindungi warna dan aturanya yang semuanya itu menurut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.

B.   Tujuan Kepemimpinan
Tujuan hidup menurut agama Hindu adalah tercapainya kesejahteraan hidup jasmani “Jagadhita” dan kebahagiaan rohani “Moksa”. Untuk mewujudkan tujuan Hidup umat Hindu hendaknya melaksanakan ajaran Catur Purusartha, yaitu empat tujuan hidup manusiayang utama. Empat tujuan Hidup itu adalah Dharma, artha, Kama dan Moksa.
Dalam rangka mewujudkan tujuan agama dan tujuan hidup manusia ini, umat Hindusudah tentu tidak dapat melakukanya sendiri. Dengan kemampuan yang terbatas, idealnya mereka hendaknya melaksanakan kerja sama secara permanen dan berkesinambungan dengan sesamanya. Bentuk kerjasama yang sangat permanen dan lengkap itu untuk umt manusia disebut negara. Negara sebagai wadah umat manusia untukmewujudkan cita-cita hidupnya memiliki empat prinsip dasar, antara lain sebagai berikut :
1.      Machstaat adalah prinsip negara untuk menguasai segala potensi yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan untuk diabdikan kembali pada tujuan masyarakat negara itu.
2.      Rechstaat adalah prinsip negara yang bertujuan untuk mengatur kehidupan negara agar berbagai keadaan dan kepentingan yang berbeda-beda dapat diatur dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan negara.
3.      Polisistaat adalah suatu prinsip negara yang memandang segala seluk beluk kehidupan negara harus dijaga agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan demi terwujudnya negara yang tepat sasaran.
4.      Supervisorystaat adalah prinsip negara yang memandang bahwa fungsi negara ialah mendorong segala unsur-unsur negara untuk lebih cepat mencapai tujuan.
Ajaran Agama Hindu yang berorientasi pada kehidupan bhuana agung dan bhuana alit memberikan pandangan bahwa kehidupan bernegara merupakan suatu masalah yang sangat penting dan mendasar. Sebagai cabang ilmu pengetahuan berdasarkan ajaran Agama Hindu, yang secara khusus membicarakan  tentang berbagai macam masalah kehidupan bernegara disebut Nitisastra. Dalam ilmu inilah kita dapat mempelajari berbagai macam konsep tentang kehidupan bernegara,seperti bentuk negara, tujuan negara, kedaulatan negara, kepemimpinan. Agama Hindu bersumberkan pada ajaran dharma memberikan tuntunan kesempurnaan pada umatnya untuk dapat mewujudkan cita-cita membangun dan menata kehidupan bernegara. Tuntunan hidupuntuk menjadi warga negara yang baik termuat dalam berbagai sastra Hindu. Demikian juga tentang tuntunan bagi setiap umatnya yang mendapat kesempatan memimpin negara, baik sebagai pemimpin pada tingkat tinggi, tingkat menengah, tingkat bawah, dan juga untuk memimpin diri sendiri sesungguhkan telah di gariskan dalam sastra-satra suci Hindu.
Tuntunan agama Hindu berguna untuk umatnya agar menjadi warga negara yang baik dengan tujuan untuk membentuk kepengikutan atau sebagai warga negara yang taat. Sedangkan, bagi umat yang mendapat kesempatan sebagai pemimpin negara, tuntunan ajaran agama Hindu bertujuan untuk membentuk kepemimpinan negara yang baik, kuat bersih dan berwibawa. Dengan demikian, dapat diambil suatu asumsi bahwa ajaran agama Hindu dapat menuntun umatnya menjadikan dirinya sebagai sumber inspirasi dalam membentuk dan memantapkan suatu pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
C.   Fungsi Kepemimpinan Hindu

Setiap orang dalam hidup kehidupanya ini berkewajiban untuk “berkarma” berbuat. setelah melakukan kewajibanya yang bersangkutan akan mendapatkan hak sebagai akibat bahwa yang bersangkutan telah melakukan kewajibanya itu.  Kewajiban adalah tugas yang harus dilakukan seseorang dan hak adalah sesuatu menjadi wewenangnya untuk diambil. Dengan demikian maka yang bersangkutan berarti telah memfungsikan dirinya sebagai pemimpim dengan baik.

Tugas dan wewenang atau hak dan kewajiban seseorang adalah dua hal yang sulit untuk dapat dipisahkan karena tidak ada tugas yang dapat dikerjakan oleh seseorang tanpa wewenang, dan sebaliknya tidak ada wewenang yang dapat diperoleh oleh seseorang tanpa mendapat tugas atau kewajiban yang harus dikerjakan. Kitab suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
Sweswe dharma niwistanam sarwesamapurwacah, warnananmasra – manam ca raja srsto, bhiraksita”
                                                            (Manawa Dharmasastra,VII.35)
Artinya :
Raja /pemimpin telah diciptakan untuk melindungi warna dan aturanya yang semuanya itu menurut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.

Seorang pemimpin hendaknya dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan wewenangnya. Wewenang seorang pemimpin adalah haknya untuk mengerakan orang-orang atau bawahanya untuk mau mengikuti dan melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan. Tugas adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan tugas dan wewenang seorang pemimpin yang dilaksanakan dalam kepemimpinanya, antara lain sebagai berikut :
1.      Planning atau perencanaan
Planning adalah suatu pemikiran, perencanaan, persiapan, keputusan dan penerapan yang dilakukan sebagai suatu kegiatan dari seorang pemimpin.
2.      Organisation atau pengelompokan
Organisation adalah usaha untuk mengelompokan atau menata kegiatan-kegiatan yang telah dicantumkan dalam perencanaan.
3.      Directing
Directing adalah mengusahakan agar rencana pekerjaan itu dapat dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang pemimpin perlu mendengarkan atau mendapatkan masukan, pandangan dari orang lain atau bawahanya.
4.      Coordination
Coordination adalah tindakan untuk memperoleh dan memelihara kesatuan diantara perorangan atau bagian karena usaha yang satu secara konstan merupakan bagian atau pelengkap dari usaha-usaha lainya.
5.      Controlling
Controlling adalah pengawasan terhadap rencana yang telah dilaksanakan oleh pemimpin, untuk memperoleh keyakinanya. Melalui kontrol yang diterapkan oleh pemimpin, akan dapat diketahui apakah rencana yang dilaksanakan telah sesuai pelaksanaanya sebagaimana diharapkan.

D.   Asas-Asas Kepemimpinan Hindu
Hindu sebagai agama tertua di dunia tentu kaya akan karya-karya sastra agamanya. Berbagai jenis ajaran yang dimilikinya,semua itu terangkum dalam Kitab Suci Weda. Sebagai sumbertertua ajaran agama Hindu, di bawah ini akan diuraikan  sumber-sumber ajaran agama Hindu sebagai pedoman bagi seorang pemimpin yang akan menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan kepemimpinanya di dunia ini.
            Dalam Kitab Suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
1.      Panca Dasa Pramiteng Prabhu
Panca Dasa Pramiteng Prabhu adalah lima belas macam sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,yaitu :
a.       Wijayana, adalah ajaran yang mengajarkan bahwa seorang pemimpim harus memiliki sikap yang tenang dan bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan atau dalam melaksanakan kewajibanya.
b.      Mantri Wira, adalah ajaran untuk memupuk jiwa yang teguh untuk berani membela kebenaran dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun adanya.
c.       Wicaksaneng  naya, adalah dapat berlaku bijaksana dalam segala tindakan.
d.      Natang wan, adalah mendapat kepercayaan rakyat.
e.       Satya Bhakti Aprabhu, adalah sifat setia dengan penuh pengabdian yang tulus kepada bangsa dan negara.
f.       Wakmiwak, adalah sangat pendai mengutarakan pendapat,khususnya dalam mempertahankan argumentasi berdasarkan kebenaran.
g.      Sarjawa upasawa, adalah prilaku yang memperlihatkan kerendahan hati, tulus, jujur, sabar.
h.      Dhirat saha, adalah selalu rajin bekerja dan tekun yang dilandasi oleh keteguhan hati.
i.        Teulelana, adalah memiliki ketetapan hati, tahan uji dan tidak mudah terombang-ambing oleh situasi dan keadaan di sekitarnya.
j.        Dibyacita, adalah selalu memiliki hati yang terbuka dalam berhubungan dengan orang lain.
k.      Tan satresna, adalah tidak menonjolkan kepentingan pribadi atau golongan.
l.        Masih sastra buana, adalah menyayangi dunia dengan segenap isinya.
m.    Gineng prati dina, adalah selalu berusaha berbuat baik, tanpa memperhitungkan jabatab basah dan jabatan kering.
n.      Sumantri, adalah sifat untuk menjadi abdi negara yang baik, tanpa memperhitungkan jabatan basah dan jabatan kering.
o.      Amayaken, adalah selalu bertindak tegas dalam menghadapi musuh.
2.      Sad Warnaning Raja Niti
Sad Warnaning Raja Niti adalah enam syarat bagi seorang pemimpin,yaitu :
a.       Abhicanika, yaitu seorang pemimpin harus mampu menarik perhatian yang bersifat positif dari rakyatnya.
b.      Prajna, yaitu seorang pemimpin harus memiliki daya kreatif yang benar.
c.       Utsaha, yaitu pemimpin harus memiliki daya kreatif yang luhur.
d.      Sakya samantara, yaitu seorang pemimpin harus mampu mengontrol bawahanya sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
e.       Atma sampad, yaitu seorang pemimpim harus mempunyai moral yang luhur.
f.       Aksudra parisatha, yaitu seorang pemimpin harus mampu memimpin persidangan para mentrinya dan mnarik kesimpulan yang bijaksana, sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
3.      Panca Upaya Sandhi
Panca Upaya Sandhi adalah lima macam upaya yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang pemimpin,yaitu :
a.       Maya, artinya pemimpin harus melakukan upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang belum jelas kedudukan profesinya.
b.      Upeksa, artinya seorang pemimpin harus berupaya untuk meneliti dan menganalisis, semua bahan-bahan berupa data dan informasi, untuk dapat meletakkan setiap data dan permasalahan menurut proporsinya.
c.       Indra jala, artinya seorang pemimpin hendaknya berusaha untuk mencarikan jalan keluar dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
d.      Wikrama, artinya seorang pemimpim hendaknya berupaya untuk melaksanakan yan telah dirumuskan pada tingkatan sudra jala.
e.       Logika, artinya setiap tindakan yang ditempuh oleh seorang pemimpin harus dipertimbangkan dengan akal yang sehat dan logis, serta tidak boleh bertindak berdasarkan emosi semata.
4.      Nawanatya
Nawanatya adalah sembilan macam kebijakan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin didalam memilih pembantunya atau mentrinya, yaitu :
a.       Prajna Nidagda, artinya bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu, sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bijaksana dan teguh dalam pendirian.
b.      Wira sarwa yudha, artinya pemberani, pantang menyerah dalam segala peperangan atau pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan.
c.       Para martha, artinya memiliki sifat yang mulia dan jujur.
d.      Dhiratsaha, artinya tekun dan ulet dalam menyukseskan setiap kegiatan.
e.       Pragiwakya, artinya pandai berbicara di depan umum maupun berdiplomasi.
f.       Sama upaya,artinya selalu setia pada janji yang pernah diucapkan.
g.      Langkawang artha, artinya tidak bersifat pamrih atau loba terhadap harta benda.
h.      Wruh ring sarwa bastra,artinya pintar dan bijaksana dalam mengatasi segala kerusuhan yang terjadi.
i.        Wiweka,artinya dapat membedakan antara yang salah dengan yang benar.

E.     Sifat-sifat Kepemimpinan Hindu
Sifat dan sikap tidak ubahnya bagaikan sekeping mata uang dengan kedua sisinya. Keduanya memiliki nilai dan makna tersendiri yang saling melengkapi agar dapat berguna.
Prof. Arifin Abdul Rachman dalam bukunya yang berjudul “Kerangka Pokok – Pokok Manajemen Umum” menyebutkan bahwa terdapat tiga golongan sifat-sifat para pemimpin antara lain sebagai berikut :
1.      Sifat-sifat pokok, yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin, antara lain: adil, suka melindungi/mengayomi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
2.      Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, yaitu sifat-sifat yang pada pokonya sesuai dengan kepribadian bangsa, seperti bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai kepribadianya, sebagai dasar negara, dan sebagai cita-cita bangsa.
3.      Sifat-sifat khusus karenapengaruh dari berbagai macam atau golongan pemimpin, seperti pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin serikat buruh dan sebagainya.
Lontar “Raja Pati Gondala” menjelaskan bahwa seorang pemimpin hendaknya bersifat penuh sehabat. Hal ini dikenal dengan istilah “Upaya Guna”. Ada 6 sifat bersehabat bagi seorang pemimpin yang disebut Sad Guna Upaya. Selanjutnya lontar Raja Pati Gondala menyebutkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki upaya untuk menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang dipimpinnya yang disebut Tri Upaya Sandhi.
            Dalam Kitab Ramayana, Sri Rama  mengajarkan kepada Gunawan Wibhisana tentang kepemimpinan yang disebut dengan Asta Bratha. Gunawan Wibhisana adalah pemimpin yang disiapkan untuk memimpin kerajaan Alengka Pura. Asta Bratha adalah delapan landasan mental/moral bagi seorang pemimpin, ajaran ini termuat dalam kitab hukum Hindu yang disebut Menawa Dharma sastra.
            Lontar Raja Pati Gondala menyebutkan sepuluh macam hal yang patut dijadikan sehabat oleh seorang pemimpin antara lain,sebagai berikut :
1.      Satya, artinya kejujuran
2.      Arya, artinya orang besar
3.      Dharma, artinya kebaikan
4.      Asurya, artinya orang yang dapat mengalahkan musuh
5.      Mantri, artinya orang yang dapat mengalahkan kesusahan
6.      Salyatawan, artinya orang yang banyak sehabatnya
7.      Bali, artinya orang yang kuat dan sakti
8.      Kapara, artinya kerohaniawan
9.      Kadiran, artinya orang yang tetap pendirian
10.  Guna, artinya orang yang banyak ilmu



Kata Penutup
Demikian tugas kami ini, yang kami buat dengan sumber-sumber yang ada. Namun, manusia tidak luput dari kesalahan sehingga tugas ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari ibu guru, demi penyempurnaan tugas kami selanjutnya. Kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan maupun kekurangan yang ada di dalam tugas kami ini.
Terima Kasih.

“Om shanti,shanti,shanti om”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar